Kampus Colmek

Cerita Sex Perawan, Cerita Ngentot Terbaru, Cerita Sex ABG, Aku dan Mamaku, Cerita Sex 2018, Cerita Bokep

Tuesday, December 25, 2018

GOYANGAN PEMBANTU




Kampus Colmek - Sehabis pulang dari kantor aku melewati ruang tamu ternyata ada teman istriku yang masih muda kira kira umurnya 28 tahun dengan gadis yang ku taksir berumur 14 tahun, aku masuk ke kamar untuk melatakkan peralatan kantorku dan aku kembali ke ruang tamu untuk ikut nimbrung apa yang sedang dibicarakan sama dengan istriku, ternyata tamu yang datang adalah seorang yang mau bekerja di rumahku sebagai pembantu.

Malam itu aku berembuk tentang wanita itu, sebenarnya istriku agak keberatan jika wanita itu mengajak anaknya untuk bekerja di rumah kami yang dikatakan istriku sebagai beban tambahan, tapi setelah kuyakinkan akhirnya istriku setuju juga kalau wanita itu beserta anak gadisnya bekerja sebagai pembantu di rumah kami

Alasanku karena istriku sedang sibuknya mengurus bisnisMLM-nya dan karena pernikahan kami yang sudah 6 tahun belum mendapatkan keturunan, sehingga anak gadis itu bisa kami anggap sebagai anak kami sendiri.

Keesokan harinya sekitar jam 5:00 sore wanita itu dan anak gadisnya telah berada di rumahku untuk melakukan tugas sebagai pembantu, sebut saja wanita itu Aidah dan anak gadisnya Faridah. Karena rajinnya kerja kedua pembantuku itu, maka Faridah kuijinkan untuk meneruskan sekolah atas tanggunganku. Kulihat di wajahnya tersenyum kegirangan.
“Terima kasih Pak, Faridah senang sekali bisa meneruskan sekolah, terima kasih Pak, Bu.”
“Ya, tapi kamu harus rajin belajar, dan kalau sudah pulang sekolah kamu harus bantu ibumu,” kata istriku sambil berpelukan dengan Faridah, kulihat di wajah ibunya Aidah pun terlihat keceriaan.

Enam bulan berlalu sejak Aidah dan Faridah bekerja di rumah kami, aku berbuat mesum dengan Aidah sewaktu istriku pergi keluar kota untuk urusan bisnis MLM-nya. Hari itu hari Sabtu, malamnya istriku ke Jogja dengan kereta api, karena Sabtu kantor libur sementara Faridah sedang sekolah, aku melihat Aidah yang sedang berdiri di dapur membelakangi aku yang sedang masuk dapur selesai mencuci mobil.

Aku tertegun melihat tubuh Aidah yang mengunakan baju terusan warna hijau muda agak tipis sehingga terbayanglah tali BH dan celana dalam yang keduanya berwarna hitam menutupi bagian vitalnya.

Pantatnya yang padat dan seksi serta betisnya yang terbungkus kulit putih dan mulus bentuknya seperti bunting padi, membuat aku merasa tersedak seakan-akan ludahku tidak bisa tertelan karena membayangi tubuh Aidah yang indah itu.

Tiba-tiba Aidah berbalik dan kaget melihatku yang baru saja membayanginya.
“Eh.. Bapak, ngagetin saya aja.”
“Eh.. Aidah boleh saya duduk, saya mau tau kenapa kamu cerai, kamu mau menceritakannya ke saya.”
“Eng.. gimana yach.. saya malu Pak, tapi bolehlah.”

Akhirnya aku duduk di meja makan sementara Aidah menceritakan sejarah hidupnya sambil terus bekerja mempersiapkan makan siang untukku. Akhirnya aku baru tahu kalau Aidah itu menikah di usia 15 tahun dan setahun kemudian dia melahirkan Faridah dan dia bercerai 2 tahun yang lalu karena suaminya yang suka mabuk, judi, main perempuan dan suka memukulinya dan pernah hampir membunuhnya dimana di punggung Aidah ada bekas tusukan pisau.

Aku tertegun mendengar ceritanya sementara Aidah seakan mau menangis membayangi jalan hidupnya kulihat itu di matanya sewaktu dia bercerita. Karena rasa kasihanku kurangkul tubuh Aidah.

“Sudah, Aidah.. jangan nangis.. sekarang kamu sudah bisa hidup tenangan di sini bersama anakmu, lupakan masa lalumu yah.. saya minta maaf kalau membuat kamu harus mengingat lagi.”

“Iya.. Pak.. saya dan Faridah.. berterima kasih sekali.. Bapak dan Ibu baik.. pada kami.”
“Ya.. sudah.. sudah.. jangan nangis terus.. nanti Faridah pulang.. kamu malu deh.. kalau lagi nangis.”

Aidah menangis dalam rangkulanku, air matanya membasahi kausku tapi tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lain karena kedua payudaranya menyentuh dadaku yang membuat gejolak nafsuku meningkat. Tanpa sengaja bibir mungilnya kucium lembut dengan bibirku yang membuat dirinya gelagapan.

“Aaahh.. Bapak!”
Tapi kemudian dia membalas kecupanku dengan lembut sekali diikuti lidahnya memainkan lidahku yang membuat aku makin berani.
“Pak.. sshh..”
“Kenapa.. Aidah..?”
“Tidak.. Pak.. aahh.. tidak apa-apa.”

Kuangkat roknya dan aku meraba pantatnya yang padat lalu kutarik ke bawah celana dalam warna hitam miliknya sampai dengkul, pahanya kuraba dengan lembut sampai vaginanya tersentuh. Aidah mulai bergelinjang, dia membalas dengan agresif leher dan pipiku diciuminya. Kumainkan jariku pada vaginanya, kutusuk vaginanya dengan jari tengah dan telunjukku hingga agak basah.

“Aahh.. Pak, enak sekali deh..”
“Aidah.. kalau kita lanjutkan di kamar yuk!”
“Saya sih mau aja Pak, tapi kalau nanti Ibu tahu gimana?”
“Ah, ibu khan lagi ke Jogja, lagi pulangnya kan hari Selasa.”

Kugiring Aidah ke kamarku, sampai di kamar kututup pintu dan langsung kusuruh Aidah untukmenanggalkan pakaiannya. Aidah langsung menuruti keinginanku, seluruh pakaiannya ditanggalkan hingga dia bugil.

Yang agak mengagetkanku karena keindahan tubuh Aidah. Aidah dengan tinggi sekitar 167 cm memiliki payudara yang kencang dan montok dibungkus kulit yang putih bersih, pinggul Aidah agak kurus tapi pantatnya yang agak besar dan padat dan vaginanya yang ditutupi bulu halus agak lebat membuat aku seakan tidak bisa menelan ludahku. Kalau aku beri nilai tubuh Aidah nilainya 9.9, hampir sempurna.

“Bapak, baju Bapak juga dilepas dong, jangan bengong melihat tubuh Aidah.”
“Aidah, tubuhmu indah sekali, lebih indah dari tubuhnya Ibu.”
“Ah, masa sih Pak?”
“Iya Aidah, tahu gitu kamu saja yang jadi Ibu deh.”
“Ah Bapak bisa aja nih, tapi kalau Aidah jadi Ibu, Aidah mau kok jadi ibu ke dua.”

Aku langsung menanggalkan pakaianku dan batang kemaluanku langsung menegang keras dan panjang.Kuhampiri Aidah langsung kucium bibirnya, dipeluknya diriku, tangan mungil Aidah meraba-raba batang kemaluanku lalu dikocoknya, liang vaginanya kusentuh dan kutusuk dengan jariku, kami bergelinjang bersamaan.

Kami menjatuhkan diri kami bersamaan ke tempat tidur. “Aidah, kamu mau nggak hisap kontol saya, saya jilatin vaginamu.” Aidah hanya mengangguk lalu kami ambil posisiseperti angka 69.

Batang kemaluanku sudah digenggam oleh tangannya lalu dijilat, dikulum dan disedot sambil sesekali dikocoknya. Liang vaginanya sudah kujilati dengan lembutnya, vaginanya mengeluarkan bau harum yang wangi, sementara rasanya agak manis terlebih ketika bijiklitorisnya terjilat.

Hampir 10 menit lamanya ketika keluar cairan putih kental membasahi liang vagina itu dan langsung kutelan habis.
“Aaakkhh.. aakkhh..” rintih Aidah kelojotan.

Tapi lima menit kemudian giliranku yang kelojotan karena keluarlah cairan dari batang kemaluanku membasahi muka Aidah tapi dengan sigap dia langsung menelannya hingga habis lalu “helm” dan batangku dibersihkan denganlidahnya.

Setelah itu, aku merubah posisi, aku berbaring sedangkan Aidah kusuruh naik dan jongkokdi selangkanganku. Lalu tangannya menggapai batang kemaluanku diarahkannya ke liang vaginanya. Tapi karena liang vagina Aidah yang sudah lama tidak dimasukan sesuatu jadi agak sempit sehinggaaku bantu dengan beberapa kali sodokkan, baru vagina itu tertembus batang kemaluanku.

“Blleess.. jlebb.. jlebb..”
Kulihat Aidah agak menahan nafas karena batangku yang besar dan panjang telah menembus vaginanya.
“Heekkh.. heekkhh.. punya Bapak gede banget sih Pak, tapi Aidah suka deh rasanya sodokannya sampai perut Aidah.”
Tubuh Aidah dinaik-turunkan dan sesekali berputar, sewaktu berputar aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Aidah, vaginamu enak sekali, batangku kayak diperas-peras oleh vaginamu, terus terang Bapak barukali ini merasakannya, Aidah enak sekali.”

Setengah jam kemudian, aku merubah posisi dengan batang kemaluanku masih di dalam vagina Aidah, aku duduk dan kuangkat tubuhnya lalu kubaringkan tubuhnya di sisi tempat tidur dengan kaki Aidah menggantung, kutindih tubuhnya sehingga membuat sodokan batangku jadi lebih terasa ke dalam lagi masuk vaginanya.

“Aakkhh.. aakkhh, iya Pak enakan gaya gini.” Payudaranya yang mancung dan puting yang agak kecoklatan sudah kucium, kuremas dan kusedot-sedot.

15 menit kemudian kami ganti posisi lagi, kali ini kami berposisi doggie style, liang vaginanya kusodok oleh batang kemaluanku dari belakang, Aidah menungging aku berdiri. Kuhentak batanganku masuk lebih dalam lagi ke vagina Aidah yang hampir 15 menit kemudian Aidah menjerit.

“Akhh.. arghh.. sshh.. sshh.. Pak, Aidah keluar nih.. akhh.. sshh..”
Keluarlah cairan dari vagina Aidah yang membasahi dinding vaginanya dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalamnya sehingga vagina itu agak licin, tetapi tetap kusodok lebih keras lagi hingga 10 menit kemudian aku pun berasa ingin menembakkan cairan dari kemaluanku.

“Aidah.. saya juga mau keluar nih, saya nggak tahan nich..”
” Pak.. tolong keluarin di dalam saja yach.. saya mau cobain kehangatan cairan Bapak, dan saya kan siap jadi ibu ke dua.”
“Crroott.. croott.. crroott..”

Keluarlah cairanku membasahi liang vagina Aidah, karena banyaknya cairanku hingga luber dan menetes ke paha Aidah. Lalu kulepaskan batangku dari vaginanya dan kami langsung terbaring lemas tak berdaya di tempat tidurku.

Lima menit kemudian yang sebenarnya kami ingin istirahat, aku mendengar suara dari luar kamartidurku kami tersentak kaget. Setelah berpakaian kusuruh Aidah keluar kamarku yang rupanya Faridah ada di ruang makan, ia mencari-cari ibunya setelah pulang dari sekolah.

Malam harinya setelah Faridah tertidur, Aidah kembali masuk kamarku untuk bermain lagi denganku.Keesokan harinya, setelah aku terbangun kira-kira jam 8:00, aku keluar kamar, aku mencariAidah, tapi yang aku temukan hanya Faridah yang sedang menonton TV.
Rupanya aku baru ingat kalau setiap Minggu pagi Aidah pergi berbelanja ke pasar. Setelah mandi kutemani Faridah yang lagi duduk di karpet sambil nonton TV, sedangkan aku duduk di sofa.

“Faridah.. gimana sekolah kamu..?”
“Baik.. Pak, bulan depan mau ulangan umum.”
“Mmm, ya sudah kamu belajar yang rajin yah, biar Ibu kamu bangga.”
“Pak, boleh Faridah tanya?”
“Iya, kenapa Faridah..?”
“Kemarin ketika Faridah pulang sekolah, Faridah kan cari ibu Faridah, pas buka kamar Bapak, Faridah melihat Bapak dan ibu Faridah lagi telanjang terus Faridah lihat kalau Ibu Faridah ditusuk dari belakang oleh Bapak, ada sesuatu punya Bapak yang masuk ke badan ibu Faridah, maaf yach Pak, Faridah lancang. Mama Aidah lagi diapain sih sama Bapak?”
“Hah, jadi kamu sempat melihat ibumu telanjang.”
“Iya Pak, tapi kok Mama Aidah kayaknya keenakan ya. Faridah jadi kepingin dech Pak kayak ibu Faridah.”
“Kamu serius Ris, kamu mau?”
“Iya Pak.”

Kulihat Faridah tersipu malu menjawab pertanyaan dariku, sementara rok Faridah tersingkap sewaktududuknya bergeser sehingga pahanya yang putih mulus terlihat oleh mataku yang membuatku langsung terangsang. Kusuruh Faridah duduk dipangkuanku.

“Ris, sini kamu duduk di pangkuan Bapak.”

Ketika dia berdiri menujuku, aku membuka resleting celanaku dan kuturunkan celana dalamku lalu aku keluarkan batang kemaluanku yang sudah menegang, sebelum Faridah duduk di pangkuanku, celana dalamnya yang putih kuturunkan sehingga vagina mungil putih bersih milikgadis 13 tahun ini ada di hadapanku, menyerbakan aroma wangi dari vaginanya yang ditutupi bulu-bulu halus dan langsung kujilat dengan lembutnya. Faridah memegang kepalaku dan tubuhnya menggeliat.

“Aahh.. sshh.. enak.. Pak.. enak.. sekali.”

Vagina Faridah yang masih muda itu terus kujilati karena rasanya manis-manis asin. Faridah punmakin menggelinjang, kira-kira 15 menit kemudian Faridah mulai kejang-kejang dan basahlah vagina itu oleh cairan putih kental yang mengalir dari dalamnya, cairan itu kutelan habis.

“Arghh.. arghh.. Pak.. ada yang keluar nih dari tempat pipis Faridah.. eugh.. eugh..”
Tubuh Faridah langsung lemas tak berdaya, cepat-cepat kupangku. Batang kemaluanku yang mengeraskutempelkan pada vaginanya yang basah. Tubuhnya kuarahkan menghadapku, kemeja yang dikenakan Faridah kulepas sehingga dia hanya mengenakan baju dalam yang tipis, payudara Faridah yang baru tumbuh terbayang di balik baju dalamnya

Segera kulepaskan sehingga di mukaku terpampangpayudara yang baru mekar ditutupi kulit yang putih bersih dengan dihiasi puting agak kemerahan, langsung kulahap dengan mulutku, kujilat, kugigit dan kuhisap membuat payudara itu makin mekar dan putingnya mengeras.

Sementara Faridah masih tertidur lemas, batang kemaluanku yang sudahmenempel di vagina Faridah yang masih sempit kusodok-sodokkan agar masuk, karena vagina itu masih sempit. kumasukkan dua jariku untuk membuka vagina itu, kuputar kedua jariku sehingga vagina itu agak melebar dan basah.

Setelah itu kucoba lagi dengan batang kemaluanku, kusodok masuk batanganku ke vagina Faridah yang memang masih sempit juga walau sudah dibantu dengan jariku. Akhirnya setelah 20 kali kutekan, masuklah helm batanganku ke vagina Faridah. Faridah mulai tersadar ketika batanganku menyodokvaginanya, dia pun menjerit kesakitan.

“Aawww.. aawww.. sshh.. sshh.. aawww.. sakit.. Pak.. tempat pipis Faridah.. sakit awww.. aawww..”
“Sabar sayang nanti juga enak.. sayang.. tahan ya.. sakitnya.. sebentar lagi..”

Kupeluk tubuh Faridah dan menenangkannya dari rasa sakit pada vaginanya yang robek oleh batangkemaluan milikku yang memang super besar.
Sodokkanku pada vagina Faridah kupelankan untuk mencegah rasa sakitnya dan 10 menit kemudian Faridah merasakan kenikmatan.

“Ahh.. ahh.. arghh.. arghh.. Pak.. sekarang tidak sakit lagi.. sekarang jadi enak.. aahh.. aahh..”

Hampir setengah jam kemudian tiba-tiba Faridah mengeluarkan cairan dari dalam vaginanya berikuttetesan darah dan langsung tubuh Faridah lemas lagi dan pingsan. Aku menyadari bahwa aku telah membobol keperawanan Faridah.
“Arrgghh.. Pak.. Faridah.. lemmaass..”

Aku agak kaget juga melihat keadaan Faridah yang secara tidak sengaja kubobol keperawanannya tapi karena sudah tanggung terus kugenjot batanganku ke vagina Faridah yang sudah berdarah dan 10 menit kemudian keluarlah cairan dari dalam kemaluanku dengan derasnya memasuki liang vagina Faridah hingga meluber ke pahaku.

“Crroot.. crroott..”

“Ssshh.. sshh.. aahh.. nikmatnya.. vagina.. gadis ini..”

Langsung kucabut batang kemaluanku dari vagina Faridah dan kubaringkan Faridah yang pingsan di Sofa. Sisa cairan yang masih melekat di vagina Faridah kulap dengan bajuku hingga bersih, sesudah itu kurapihkan baju Faridah dan kubiarkan Faridah yang masih pingsan tidur di Sofa, aku lalu membersihkan badanku sendiri.

Sepuluh menit kemudian Aidah, datang dari pasar sedangkan aku sudah memakai baju lagi. Sejaksaat itu aku bermain dengan istriku jika dia di rumah, dengan Aidah jika istriku pergi dan Faridah sekolah, dengan Faridah jika istriku dan Aidah pergi.

Aku lakukan sudah hampir 3 bulan lamanya merasakan kenikmatan dari tiga perempuan di dalam rumahku, tapi sekarang aku sedang bingung sebab 2 bulan yang lalu akhirnya istriku mendapat berkah bahwa dia hamil 1 bulan, 1 bulan yang lalu giliran Aidah yang kuketahui bahwa dia hamil 1 bulan juga, sekarang 2 minggu yang lalu setelah kuajak Faridah periksa ke dokter dia sudah hamil 1 bulan juga.

No comments:

Post a Comment